Janeiro – Hamas menyambut baik seruan kelompok ekonomi berkembang BRICS agar rezim Israel mengakhiri perang genosida terhadap Jalur Gaza, dan memberlakukan penarikan penuh dari wilayah pesisir itu dan semua wilayah Palestina yang diduduki. BRICS
Gerakan perlawanan Palestina yang berpusat di Gaza menyampaikan pernyataan tersebut pada Senin (7/7/2025), dihari terakhir pertemuan puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT-BRICS) di Rio de Janeiro yang telah mengeluarkan tuntutan sebagai bagian dari komunike terakhirnya.
“Kami menyambut baik pernyataan akhir KTT BRICS dan seruannya untuk gencatan senjata di Gaza, dan penarikan pasukan pendudukan Israel,” kata gerakan itu.
Setidaknya 57.418 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, tewas selama perang yang dilancarkan rezim tersebut sebagai respons terhadap operasi perlawanan bersejarah yang terjadi setelah puluhan tahun pendudukan dan agresi oleh Tel Aviv.
Hamas lebih lanjut memuji organisasi tersebut karena mengecam berbagai pelanggaran hukum internasional oleh rezim tersebut, termasuk pengetatan pengepungan yang kejam terhadap Gaza yang sudah menyesakkan.
Blokade yang semakin ketat telah menyebabkan penghentian hampir total pengiriman bantuan ke wilayah Palestina. Menurut komunike tersebut, praktik tersebut sama saja dengan penerapan kelaparan oleh Tel Aviv sebagai “metode perang.”
Gerakan tersebut mengakhiri pernyataannya dengan seruan yang ditujukan kepada anggota utama BRICS – Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan — serta mereka yang telah diundang atau bergabung dengan badan tersebut, termasuk Mesir, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Ia mendesak negara-negara anggota dan anggota komunitas internasional lainnya untuk ikut serta dalam memberikan tekanan kepada rezim tersebut agar menghentikan kekejamannya yang mematikan terhadap warga Palestina, termasuk “blokade kriminal”.
Sekedar informasi BRICS adalah organisasi blok ekonomi yang digagas oleh Brazil, Russia, India, China, dan South Africa sejak 6 Januari 2025
Organisasi yang namanya merupakan singkatan dari nama-nama negara pendirinya menerima Indonesia menjadi negara kesepuluh sebagai anggotanya.
Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan boleh dikatakan sebagai pendiri organisasi. Empat negara yang disebutkan di awal merupakan negara pelopor yang menggagas wadah ini pada tahun 2006, sampai akhirnya resmi berdiri pada 16 Juni 2009. Afrika Selatan kemudian bergabung menjadi anggota pada tahun 2010.
Bergabungnya Indonesia menggenapkan jumlah anggota BRICS menjadi sepuluh menyusul empat negara lain yang lebih dahulu bergabung pada tahun 2024, yaitu Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab. Selain anggota, BRICS juga memiliki delapan negara mitra, yaitu Belarusia, Bolivia, Kuba, Kazakhstan, Malaysia, Thailand, Uganda dan Uzbekistan.
BRICS merupakan organisasi ekonomi besar yang menggabungkan negara-negara berkembang dengan potensi ekonomi yang cukup menjanjikan. Perlahan, BRICS malah berangsur menjelma sebagai kekuatan geopolitik dunia yang bahkan bisa menjadi pesaing Group of Seven (G7) yang dihuni negara-negara maju.
Sumber: Presstv.ir












Komentar