Pasukan Israel Culik Kepala Biro Al Mayadeen dalam Penyerbuan di Tepi Barat

Beit Lahm – Pasukan Israel telah menculik Nasser al-Lahham, direktur kantor Al Mayadeen di Palestina yang diduduki, selama serangan menjelang fajar di rumahnya di Beit Lahm, Tepi Barat selatan.

Menurut saksi mata setempat, pasukan Israel melakukan penggerebekan di rumah al-Lahham pada hari Senin (7/7/2025), dengan sengaja merusak properti sambil menculiknya.

Tentara dilaporkan menghancurkan perabotan dan menyita semua telepon seluler keluarga selama agresi tersebut.

Jaringan Media Al Mayadeen mengeluarkan pernyataan pada Senin (7/7/2025) yang mengecam tindakan yang dilakukan oleh para perwira dan agen Shin Bet.

Pernyataan itu mengatakan penculikan itu dilakukan dengan “kebrutalan dan penindasan,” menuntut pembebasan al-Lahham segera.

“Kami tidak terkejut dengan praktik sadis pendudukan, atau dengan permusuhan terus-menerus terhadap jurnalisme, jurnalis, dan hak untuk melaporkan kebenaran,” tambahnya.

Menurut pernyataan tersebut, Nasser al-Lahham adalah jurnalis veteran Palestina dengan pengalaman lebih dari tiga dekade dan salah satu tokoh media paling terkemuka di kawasan tersebut.

Tindakan ini juga menuai kecaman di berbagai ranah politik dan media Palestina.

Aktivis Palestina Sinan Shaqdeh mengatakan kepada Al Mayadeen, “penangkapan jurnalis Nasser al-Lahham memiliki beberapa implikasi, terutama upaya untuk menargetkan Jaringan Al Mayadeen karena menyampaikan narasi yang menantang versi Israel tentang peristiwa seputar genosida yang sedang berlangsung di Gaza.”

Tindakan terbaru Israel ini mencerminkan penargetan sistematis Israel terhadap jurnalis Palestina.

Kampanye tersebut diintensifkan pada Oktober 2023 ketika pasukan Israel menyerbu rumah al-Lahham, menggeledah properti tersebut dengan kekerasan, menyerang anggota keluarga, dan secara paksa menahan kedua putranya, Basil dan Basel.

Rezim Israel telah memperbarui larangannya terhadap operasi Al Mayadeen, menyita peralatan penyiarannya dan membatasi akses daring ke platformnya.

Penindasan baru terhadap outlet media ini terjadi di tengah genosida rezim di Gaza dan agresinya di seluruh Tepi Barat yang terus berlanjut.

Rezim tersebut telah meningkatkan kekerasan di Tepi Barat sejak 7 Oktober 2023, saat melancarkan genosida di Gaza. Sejak saat itu, pasukan dan pemukim Israel telah membunuh sekitar 1.000 warga Palestina di wilayah yang diduduki.

Sejak dimulainya perang genosida Israel di Gaza, jurnalis merupakan kelompok yang paling terdampak.

Menurut pengawas media dan pejabat Palestina, lebih dari 230 jurnalis dan pekerja media telah dibunuh oleh pasukan Israel—menjadikannya salah satu perang paling mematikan bagi pekerja media dalam sejarah modern.

Banyak yang terbunuh bersama anggota keluarga mereka dalam serangan udara yang ditargetkan terhadap rumah mereka.

Sumber: Presstv.ir

 

Komentar