Seorang Pengunjukrasa Palestina-Amerika Dipukuli Hingga Tewas di Tepi Barat

Ramallah – Seorang pengunjuk rasa Palestina-Amerika dipukuli hingga tewas oleh pemukim Israel, yang melancarkan kekerasan mematikan akibat kelambanan tentara Israel, terhadap warga Palestina yang berdemonstrasi menentang pos terdepan ilegal baru di Tepi Barat yang diduduki.

Korban insiden itu pada Jumat (11/7/2025) di dekat kota Ramallah diidentifikasi sebagai Saif al-Din Musalat, 23 tahun, yang juga dikenal sebagai Sayfollah Musallet, dari Tampa, Florida, Drop Site News, sebuah media investigasi Amerika, melaporkan.

Pos terdepan yang dimaksud terletak di Area B, tempat pembangunan pemukiman dilarang berdasarkan perjanjian Israel-Palestina.

Namun, pemukim Israel menghalangi jalan para pengunjuk rasa sebelum melancarkan serangan kekerasan.

Seorang pengunjuk rasa lain, bernama Muhammad Rizq Hussein al-Shalabi, juga mengalami luka tembak di dada. Ia kemudian meninggal dunia karena luka-lukanya, menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Tepi Barat.

Setidaknya 10 orang lainnya terluka, dengan saksi melaporkan bahwa pemukim menabrak seorang pengunjuk rasa dengan mobil dan memecahkan jendela ambulans.

Pasukan Israel akhirnya tiba di tempat kejadian, tetapi tidak melakukan penangkapan — kejadian yang berulang selama agresi pemukim di Tepi Barat.

Hanya sehari sebelum serangan mematikan itu, jurnalis Palestina-Amerika Said Arikat, koresponden Washington, DC untuk surat kabar al-Quds, mendesak juru bicara Departemen Luar Negeri AS Tammy Bruce tentang siapa yang harus dihubungi warga Palestina, khususnya warga Palestina-Amerika, ketika menghadapi serangan pemukim.

Bruce tidak memberikan kontak spesifik, dan hanya mengatakan bahwa “ribuan orang” di Departemen Luar Negeri “sangat peduli” terhadap isu ini, dan menyarankan para korban untuk menghubungi rezim Israel karena “Israel adalah sekutu.”

Ketika ditanya apakah AS akan secara langsung mengutuk serangan terhadap komunitas Palestina, Bruce justru memberikan pernyataan umum tentang kekhawatirannya atas kekerasan “oleh pihak mana pun.”

Menurut penyelidikan baru oleh Drop Site, sejak pertengahan Juni, rezim Israel telah meningkatkan kekejamannya secara tajam di Tepi Barat, yang melibatkan penangkapan massal, pembongkaran rumah, dan serangan pemukim terkoordinasi.

Laporan tersebut merinci serangan militer sistematis yang dikombinasikan dengan pengusiran yang dipimpin oleh pemukim.

Bulan lalu, pemukim menyerang kota Kristen Palestina Taybeh, rumah bagi sekitar 300 warga negara Amerika.

Washington, pendukung terbesar rezim tersebut, juga tidak langsung mengutuk serangan itu.

Para analis mengatakan kombinasi kebiadaban Israel dan ketidakpedulian Amerika bertujuan untuk meningkatkan upaya “pembersihan etnis” rezim tersebut terhadap warga Palestina.

Sumber: Presstv.ir

Komentar