Jakarta, HarianMalut – Pemerintah menargetkan swasembada karbohidrat dan protein untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Ahli Utama Penyuluh Pertanian Kementerian Pertanian, Deddy Nursyamsi, menekankan pentingnya diversifikasi pangan guna mengurangi ketergantungan pada beras.
Berbagai kebijakan telah diterapkan untuk mendukung swasembada pangan, termasuk perbaikan irigasi dan peningkatan subsidi pupuk. “Subsidi pupuk naik dua kali lipat, dari 4,5 juta ton menjadi 9,55 juta ton,” ujar Deddy, seperti dilansir rri.co.id, Minggu (23/02/2025).
Selain beras, sumber karbohidrat lain seperti sagu, jagung, dan singkong harus dikembangkan untuk mengurangi impor gandum. Konsumsi gandum yang terus meningkat, menurut Deddy, bertolak belakang dengan ketersediaan pangan lokal yang melimpah.
Pola konsumsi masyarakat juga harus diubah agar tidak hanya bergantung pada nasi. Di Jepang misalnya, kata dia, soba dijadikan makanan pokok sebagai alternatif beras, Indonesia perlu mengadopsi strategi serupa.
Selain karbohidrat, sumber protein juga harus diprioritaskan dalam diversifikasi pangan. Seperti ikan, ayam, dan daging menjadi pilihan utama karena mudah diakses masyarakat.
Diversifikasi pangan bukan hanya soal produksi, tetapi juga konsumsi yang harus diubah secara bertahap. “Jika konsumsi beras turun 10%, kita sudah bisa swasembada,” kata Deddy.
Dengan strategi yang tepat, swasembada karbohidrat dan protein bukan hal mustahil bagi Indonesia. Kebijakan soal edukasi, dan perubahan pola konsumsi harus berjalan beriringan demi ketahanan pangan yang berkelanjutan. (KBRN/Bambang)