Bahasa Daerah di Maluku Utara Menurun, Tahun Ini Bahasa Bacan dan Makian Luar Direvitalisasi

Kota Sofifi12 Dilihat
banner 250250

Sofifi, HarianMalut – Balai Bahasa Provinsi Maluku Utara mencatat sebagian besar bahasa daerah menurun dan mengalami pergeseran.

Ini disampaikan Kepala Balai Bahasa Maluku Utara, melalui Kordinator Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional Moderenan, Perlindungan Bahasa dan Sastra, Balai Bahasa Maluku Utara, Damaz Aristy Sisvareza.

Damaz mengungkapkan, pengaruh menurunnya penggunaan bahasa daerah tersebut, karena generasi mudah sudah tidak lagi bertutur menggunakan bahasa daerah mereka.

“Ini dipengaruhi oleh perkawinan silang antara suku, seperti di Kota Ternate.

Misalnya, ibu nya orang Ternate sedangkan bapak orang Makian, jadi anak sudah tidak bisa menuturkan dua bahasa daerah, karena rata-rata orang tua menggunakan bahasa Melayu,” kata Damaz, Sabtu (22/02/2025).

Di tahun 2025 Balai Bahasa Maluku Utara akan menambah revitalisasi 2 bahasa daerah, seperti bahasa Bacan dan Makian Luar. Sebelumnya, Balai Bahasa telah merevitalisasi 6 bahasa daerah yakni bahasa Ternate, Tobelo, Makian Dalam, Bahasa Sula, Bahasa Sahu, dan Bahasa Buli.

“Tahun ini akan ada 2 bahasa daerah yang di revitalisasi oleh Balai Bahasa Maluku Utara. Sebelumnya ada 6 bahasa, nah ditahun ini kami tambah 2 bahasa daerah yaitu Bacan dan Makian Luar yang akan di revitalisasi,” ujarnya.

Dalam rangka melestarikan bahasa daerah Balai Bahasa terus membangun komunikasi dengan pemerintah daerah (Pemda) Maluku Utara terkait pelestarian bahasa daerah.

Balai Bahasa juga melakukan pelatihan atau bimbingan teknis dengan mengambil pengajar utama yang dikhususkan guru-guru penutur asli bahasa daerah.

Sehingga, anak-anak diajarkan bahasa daerah dalam rangka peningkatan bahasa. Balai Bahasa Maluku Utara meminta Pemda melaksanakan festival tunas bahasa ibu tingkat kabupaten. Damaz bilang, sebagai penunjang dalam rangka melestarikan bahasa daerah kantor Balai Bahasa juga sudah menyusun 4 kamus.

“Jadi enam bahasa daerah kemarin itu kita sudah membuat kamus. Kamus bahasa Sahu, Buli, Makian Dalam, dan kamus bahasa Sula,” sebut Damaz.

“Karena mungkin kesulitannya itu belajar dari awal lagi. Tapi untuk bahasa Sula itu masih relatif lestari, karena memang anak-anak masih mengerti, orang tua juga masih menuturkan,” tandasnya.

“Jadi di Sula itu anak-anak masih menggunakan bahasa daerah. Kalau untuk Ternate kesulitan ya karena kebanyakan di Ternate itu pendatang,” sambung Damaz mengakhiri. (MP/UN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *