HarianMalut, Ternate – Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Khairun (Unkhair) mengambil langkah konkret lewat kegiatan pengabdian masyarakat. Tajuk dalam kegiatan ini yaitu “Edukasi Pariwisata Berkelanjutan bagi Pelaku Usaha Pariwisata di Pantai Kastela,” yang mengusung pendekatan holistik.
Kegiatan yang berlangsung di bibir Pantai Kastela, Kecamatan Pulau Ternate, itu menyentuh langsung pelaku usaha kuliner, pengelola homestay, hingga komunitas pemuda setempat.
Mereka diajak berdiskusi tentang pengelolaan sampah, pemetaan potensi wisata, hingga strategi operasional ramah lingkungan. Semua dengan satu tujuan, menjadikan pariwisata Ternate tidak hanya memesona, tetapi juga lestari.
Ketua pelaksana kegiatan, Dr. Marwan Man Soleman, menyebut aksi ini sebagai refleksi dari kurikulum yang telah mengarusutamakan prinsip keberlanjutan.
“Kami mulai dari hal kecil, seperti tidak lagi menggunakan plastik sekali pakai dan menggantinya dengan tumbler. Ini bukan sekadar simbol, tapi kebiasaan baru yang kami tanamkan sejak di bangku kuliah,” ujar Dr. Marwan yang juga Koordinator Prodi Manajemen Unkhair, Senin (12/5/2025).
Langkah ini diperkuat oleh integrasi isu green management dalam karya ilmiah mahasiswa lintas konsentrasi, seperti Pemasaran, Keuangan, dan SDM. “Kami ingin mahasiswa tidak hanya paham konsep, tapi juga membawa dampak melalui penelitian dan praktik lapangan,” ucap Marwan.
Dekan FEB Unkhair, Muhsin N. Bailussy, menegaskan pentingnya pelibatan seluruh unsur akademik dalam pelestarian lingkungan. Ia bahkan menggagas Pantai Kastela sebagai laboratorium terbuka untuk pengabdian masyarakat berbasis lingkungan.
“Kami sedang merintis Unit Kegiatan Mahasiswa Pariwisata berfokus konservasi dan edukasi. Mahasiswa akan diajak menyelam, menanam mangrove, dan memelihara tanaman pesisir seperti pohon patah tulang,” ujarnya.
Terpisah, dosen pengampu mata kuliah Pemasaran Pariwisata, Dr. Sulfi Abdul Haji, menyampaikan urgensi edukasi berkelanjutan dalam pengelolaan destinasi wisata. “Pantai Kastela bukan sekadar objek wisata. Ia adalah warisan ekologis dan budaya yang harus dirawat bersama,” katanya.
Menurutnya, dunia akademik memiliki tanggung jawab untuk menjembatani teori dan praktik lewat pendekatan kolaboratif yang memberdayakan. Pada kegiatan itu suasana edukatif terasa menyatu dengan nuansa budaya lokal.
Mahasiswa menampilkan tarian daerah sebagai penghormatan terhadap kearifan lokal, dan semua peserta sepakat untuk tidak menggunakan plastik selama kegiatan. Makan siang disajikan dalam tempat bekal pribadi, minum dari tumbler, dan sampah dipilah secara kolektif.
Jeri Cahyadi Saputra, dosen yang juga menjadi narasumber, menyampaikan apresiasi atas semangat para peserta. “Diskusi sangat hidup. Mahasiswa dan pelaku usaha menunjukkan komitmen luar biasa terhadap pariwisata yang inklusif dan ramah lingkungan,” ujarnya, smebari berharap pendekatan ini bisa direplikasi di wilayah pariwisata lainnya, baik di Nusantara maupun mancanegara.
Sementara itu, Ketua Panitia M. Albasrah Bahrudin, melaporkan kegiatan ini turut diisi oleh pemateri dari luar, seperti Deddy Abdullah dari Dodoku Dive Center dan Syam Ardhy Dabi Dabi dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
KBRN












Komentar