Festival Ela Ela, Sebuah Tradisi Peradaban di Malam 1.000 Bulan

Ternate, HarianMalut – Pemerintah Kota Ternate sejak belasan tahun silam hingga kini terus menggelar Festival Ela-Ela di malam ke-27 bulan suci  Ramadhan atau bertepatan pada malam lailatul qadar.

Bagi warga kota Ternate momentum ini menjadi momen istimewa dari pusat kota hingga warga di kampung-kampung yang penuh suka cita penuh khusus, namun juga menghibur dengan berbagai atraksi permainan tradisional selain ritual menyalakan obor (pancona), pelita, maupun damar yang biasanya tersedia diatas batangan pohon pisang disetiap depan rumah dan tepi jalan warga.

Rinto Taib, Kepala Museum Rempah Kota Ternate dan Museum Sejarah Ternate mengungkapkan, dibalik rangkaian ritual hingga atraksi yang menghibur terutama bagi dunia anak-anak dengan ragam jenis permainan tradisional, sesungguhnya menyimpan makna yang dalam tentang sejarah kehidupan, proses ideal hingga orientasi tujuan tentang hidup yang menjadi legacy (warisan) dari para leluhur, untuk dijadikan sebagai petunjuk dan pedoman dalam menjalani kehidupan yang fana ini.

“Kita cenderung melihat berbagai gelaran atraksi permainan anak-anak hanya sebatas seremoni tahunan yang menghibur bagi dunia anak semata seperti permainan bola api, menembak meriam (spera), pawai obor keliling kampung (kololi gam), membakar damar diatas pelepah pohon pisang, dan berbagai item lainnya sekedar rutinitas di malam Ela-Ela tersebut,” ucapnya.

Namun sesungguhnya, lanjut Rinto, semua itu memiliki makna dan rahasianya masing-masing yang sayang sekali jika tidak dimaknai melalui edukasi ke generasi yang baru (anak-anak), sebagaimana ungkapan dola bololo (tradisi lisan Ternate bahwa Ngofa-ngofa ma duniru himo-himo ma rahasia (permainan anak-anak  mengandung orang tua-tua), ini yang harus kita edukasi.

“Saya berharap, semoga semua permainan tradisional yang biasanya ditampilkan dalam gelaran Festival Ela-Ela perlu diedukasi sesuai batasan pemahaman generasi sehingga kita tidak terjebak pada rutinitas “rameang” belaka,” ujarnya.

Menurut Rinto, ini penting dilakukan karena merupakan cara dan tanggungjawab kita bersama untuk merawat warisan budaya leluhur sekaligus sekolah peradaban dalam memperkuat identitas dan spirit lokalitas kita dibalik ajang tahunan di bulan ramadhan tersebut yang sarat makna tentunya.

KBRN

banner 250250

Komentar