Palestina – Sebanyak 150 warga Palestina telah terbunuh di seluruh Jalur Gaza saat wilayah pesisir itu menyaksikan hari paling mematikan sejak bulan Mei, ketika rezim Israel meningkatkan genosida terhadap wilayah tersebut ke tingkat yang sangat tinggi.
Korban jiwa terjadi pada Sabtu (12/7/2025), yang melibatkan 34 warga Palestina, yang tewas akibat agresi Israel yang menargetkan mereka saat mereka sedang menunggu bantuan kemanusiaan.
Hari itu militer Israel melakukan banyak pembantaian besar-besaran, dengan fokus pada wilayah pemukiman dan target sipil lainnya.
Media perlawanan menceritakan beberapa perkembangan paling mengerikan hari itu, termasuk serangan dahsyat di kota Jabalia Al-Nazla di Gaza Utara.
Serangan tersebut menargetkan tidak kurang dari lima rumah, mengubur sedikitnya 20 anggota dari dua keluarga di bawah reruntuhan.

Tak lama setelah itu, serangan pesawat tanpa awak menghantam perkumpulan warga sipil di Kamp Pengungsi al-Shati, yang juga berlokasi di Gaza utara, yang mengakibatkan pembantaian lain yang mencabik-cabik delapan orang.
Pasukan Israel juga melepaskan “sabuk api” besar-besaran ke Kota Beit Hanoun, di tepi timur laut Gaza, sementara juga melanjutkan kampanye penembakan dan penghancuran di Kota Selatan Khan Younis.
Terakhir kali rezim Israel meninggalkan begitu banyak orang tewas di wilayah tersebut adalah pada tanggal 17 Mei, sehari setelah melancarkan operasi yang disebut “Kereta Perang Gideon” untuk memperluas genosida.
Operasi tersebut telah berlangsung hingga kini, dengan tujuan, apa yang dikecam para kritikus sebagai, upaya rezim untuk menimbulkan korban jiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh wilayah dengan dalih “menghancurkan” gerakan perlawanannya.
Beberapa pejabat rezim dan bahkan sekutu Tel Aviv sendiri, telah menggarisbawahi sifat tujuan yang tidak dapat dicapai, mengingat posisi kelompok perlawanan yang mengakar di antara warga Palestina dan tekad mereka untuk melawan agresi Israel.
Secara keseluruhan, perang tersebut telah merenggut nyawa hampir 58.000 warga Palestina, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Serangan militer brutal dilancarkan pada Oktober 2023 sebagai respons terhadap operasi perlawanan heroik yang dilancarkan terhadap wilayah Palestina yang diduduki, di mana mereka berhasil menangkap sejumlah besar Zionis.
Komentar