Presiden Brasil Kecam Rezim Israel atas ‘Genosida’ di Gaza

Rio de Janeiro – Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengecam rezim Israel atas “genosida” yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina yang tidak bersalah di Jalur Gaza.

“Kita tidak bisa tetap acuh tak acuh terhadap genosida yang dilakukan Israel di Gaza, pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil tak berdosa, dan penggunaan kelaparan sebagai senjata perang,” kata Lula kepada para pemimpin yang berkumpul di pertemuan puncak BRICS di Rio de Janeiro pada Minggu (6/7/2025).

Kampanye genosida yang dilakukan rezim Israel, yang dimulai pada Oktober 2023, telah menewaskan sedikitnya 57.418 warga Palestina di Gaza hingga saat ini, menurut jumlah korban yang dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan Gaza yang dipercaya PBB.

Sejauh ini, negara-negara BRICS belum sepakat mengenai seberapa keras mereka harus mengutuk genosida Israel di Gaza.

Namun, satu sumber diplomatik mengatakan pernyataan akhir pada pertemuan puncak BRICS ini akan menyampaikan pesan yang kuat kepada Tel Aviv untuk mengakhiri perang di Gaza dan menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan pihak Palestina.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengancam negara-negara anggota BRICS awal tahun ini untuk mengenakan “tarif 100%” pada negara-negara yang mendukung mata uang alternatif terhadap dolar AS.

BRICS, yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Cina, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab, dan negara berkembang lainnya, telah menyatakan rasa frustrasinya terhadap peran dominan AS dalam sistem keuangan global.

Sebagai tanggapan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan pada pertemuan puncak negara-negara BRICS pada bulan Oktober bahwa AS sendiri memaksa beberapa negara dunia untuk berpisah dengan Amerika dengan “mempersenjatai” mata uang dolar sebagai daya ungkit dalam kebijakan luar negeri Washington.

Putin menambahkan bahwa dengan menggunakan dolar AS sebagai alat militer untuk menyabotase ekonomi negara lain demi menegakkan agendanya dalam urusan internasional, para pemimpin AS di Washington melakukan “kesalahan besar.”

“Bukan kami yang menolak menggunakan dolar,” katanya. “Tetapi jika mereka tidak mengizinkan kami bekerja, apa yang bisa kami lakukan? Kami terpaksa mencari alternatif.”

Sumber: Presstv.ir

Komentar