HarianMalut, Ternate – Di tengah kemajuan kota Ternate yang terus bergerak membangun, terselip satu kisah pilu dari Kelurahan Tongole. Seorang kepala keluarga bernama Ade Nyong Saili, hidup dalam kondisi serba terbatas, menempati rumah tua yang jauh dari kata layak.
Rumah berdinding bata tua dan beratapkan seng karatan itu seolah menjadi saksi bisu perjuangan hidupnya bersama istri dan dua anak yang masih membutuhkan uluran tangan kasih.
Di musim hujan, rumah mereka berubah menjadi “kolam air bocor”. Air hujan menyusup masuk lewat atap yang bolong, jatuh langsung ke dalam dapur, hingga ruang tengah. Ade Nyong tak punya pilihan lain selain menyusun sejumlah seng bekas, berharap dapat mengurangi guyuran air yang masuk saat langit Ternate tak bersahabat.
“Kalau turun hujan, kami harus siap-siap keluarkan air yang masuk dari atap bocor,” tutur Ade Nyong seperti dilansir media rri.co.id, sembari menunjukkan langit-langit rumah yang nyaris lapuk.
Ironisnya lagi, di dalam rumah tersebut ada salah satu anggota keluarganya yang mengidap ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa). Kondisinya sangat memprihatinkan dan memperparah beban psikologis keluarga kecil ini. Tetapi, mereka dengan penuh kasih sayang tetap berusaha merawatnya.
Bagi Ade, kenyataan ini bukan hal baru. Tapi ia tetap bersyukur bisa terus melindungi keluarganya meski hidup dalam kekurangan. Setiap hari ia keluar rumah demi mencari nafkah seadanya, agar dapur tetap mengepul dan anaknya yang kini duduk di bangku SMP tidak harus putus sekolah.
Yang menyedihkan, hingga kini bantuan sosial dari pemerintah belum menyentuh keluarganya. Program Keluarga Harapan (PKH) maupun bantuan renovasi rumah belum pernah ia rasakan.
“Belum pernah ada bantuan, saya hanya berharap semoga ada perhatian dari pemerintah,” ucapnya lirih.
Di tengah himpitan ekonomi dan kondisi tempat tinggal yang memprihatinkan, Ade tetap tegak berdiri sebagai tulang punggung keluarga. Ia tak meminta banyak, hanya ingin rumahnya bisa berdiri kokoh dan tak lagi membuat keluarganya kebasahan setiap kali hujan datang.
Kisah Ade Nyong adalah potret kecil dari wajah kemiskinan yang masih ada di sudut-sudut kota. Sebuah pengingat bagi kita semua, bahwa pembangunan sejati bukan hanya soal gedung megah dan jalan mulus, tapi juga tentang memberi ruang hidup yang layak bagi warganya yang paling rentan.
Semoga suara Ade Nyong tak tenggelam di tengah riuhnya laporan pembangunan, dan suatu hari, hujan tak lagi menjadi momok, melainkan berkah bagi keluarga kecilnya di Kelurahan Tongole.
KBRN












Komentar