Jakarta, HarianMalut – Setiap menjelang bulan suci Ramadan ketersediaan dan stabilitas harga pangan menjadi isu yang selalu menarik perhatian. Hal ini karena masyarakat cenderung meningkatkan konsumsi bahan pokok, yang berdampak pada melonjaknya permintaan.
Namun apakah stok pangan kita cukup untuk menghadapi kebutuhan ini? Itulah yang patut kita cermati bersama-sama.
Pemerintah melalui berbagai lembaga terkait telah berulang kali menyatakan, stok pangan nasional dalam kondisi aman. Beras, gula, minyak goreng, hingga daging, dilaporkan tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Hanya, kenyataan di lapangan tidak jarang masyarakat dihadapkan pada lonjakan harga yang signifikan. Hal itu biasanya karena spekulasi pasar atau distribusi yang tidak merata.
Meski dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga kestabilan pangan, seperti operasi pasar dan intervensi harga melalui Badan Pangan Nasional dan Bulog, tetapi efektivitas langkah itu masih harus terus dipantau. Ini supaya tidak hanya bersifat sementara tetapi memberikan dampak jangka panjang, bagi ketahanan pangan nasional.
Selain itu, masyarakat juga memiliki peran penting dalam menjaga kestabilan stok pangan. Pola konsumsi yang bijak, tidak melakukan panic buying, serta mendukung produk-produk lokal, dapat membantu keseimbangan permintaan dan penawaran di pasar tetap terjaga.
Dengan sinergi baik antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, kebutuhan pangan tanpa gejolak harga berlebihan saat Ramadan diharapkan dapat terpenuhi. (KBRN/BAM)