Sejarah Baru! Misi Dagang Jatim-Malut Tembus Rp568 Miliar

Ternate, HarianMalut – Misi Dagang dan Investasi Jawa Timur – Maluku Utara ke-3 yang berlangsung di Kota Ternate mencatatkan transaksi spektakuler senilai Rp 568,04 miliar. Kesepakatan ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat hubungan perdagangan antara kedua provinsi.

Angka tersebut sekaligus mencatat sejarah baru pada Misi Dagang kali ini. Dinas Perindustrian dan Perdagangan mencatat, transaksi pada tahun 2021 sebesar Rp500,22 Miliar, dan menurun di 2023 menjadi Rp380,81 M.

Dalam misi dagang ini, pelaku usaha Jawa Timur mencatat penjualan sebesar Rp 271,67 miliar, sementara pembelian mereka dari Maluku Utara mencapai Rp 296,36 miliar. Angka ini menandakan peningkatan penjualan produk dari Maluku Utara ke Jawa Timur, sejalan dengan harapan Gubernur Maluku Utara Sherly Laos untuk memperbaiki neraca perdagangan yang selama ini didominasi oleh Jawa Timur.

“Ini momen yang membanggakan. Untuk pertama kalinya, Maluku Utara bisa mencatatkan transaksi yang lebih besar daripada beli dari Jawa Timur. Artinya, kita mulai memperkecil defisit perdagangan yang selama ini ada,” ujar Gubernur Sherly Laos.

Sementara itu, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menegaskan bahwa sinergi antara kedua provinsi harus terus diperkuat, terutama dalam pengembangan sektor unggulan masing-masing daerah.

“Maluku Utara kaya akan hasil laut dan rempah-rempah, sementara Jawa Timur memiliki kekuatan di industri pengolahan dan distribusi. Kombinasi ini bisa menciptakan rantai pasok yang saling menguntungkan,” kata Khofifah.

Dalam transaksi ini, Jawa Timur membeli berbagai komoditas unggulan dari Maluku Utara, antara lain, Ikan Tenggiri dan Ikan Layur Beku, Buah Pala, Rumput Laut, Arang Tempurung Kelapa, Cumi-Cumi, dan Udang Vaname.

Di sisi lain, produk-produk Jawa Timur yang masuk ke Maluku Utara meliputi, Produk Hasil Perikanan, Rokok, Bahan Material, Ayam Beku, Minyak Goreng, Tepung, Kedelai, Benih Hortikultura, Beras, dan Telur.

Dengan semakin meningkatnya penjualan hasil alam Maluku Utara ke Jawa Timur, Sherly Laos berharap agar para pelaku usaha lokal bisa semakin meningkatkan daya saing produknya.

“Kita tidak boleh hanya menjual bahan mentah. Ke depan, kita harus mendorong hilirisasi agar produk kita punya nilai tambah sebelum dijual,” tegasnya.

Sementara itu, Khofifah Indar Parawansa menegaskan komitmen Jawa Timur dalam mendukung pengembangan industri pengolahan di Maluku Utara.

“Kami siap mendukung Maluku Utara dalam pengembangan industri berbasis sumber daya lokal, termasuk teknologi pengolahan hasil perikanan dan rempah-rempah. Dengan kerja sama yang erat, kita bisa membangun rantai pasok yang lebih kuat,” ucapnya.  (KBRN)