HarianMalut, Jakarta – Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) bergerak di zona merah sepanjang hari ini, Rabu (18/6/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 0,67 persen atau 48 poin ke level 7.107.
Sebanyak 380 saham harganya turun, 344 saham stagnan dan 236 saham harganya naik. “Saham sektor finansial, teknologi dan bahan baku turun paling dalam dan menjadi pendorong melemahnya IHSG,” kata Tim Phillip Sekuritas Indonesia.
Saham sektor finansial turun 6,20 poin, sektor teknologi turun 3,41 poin. Sedangkan saham sektor bahan baku turun 2,86 poin.
Volume saham yang diperdagangan hari ini sebanyak 21,18 miliar lembar saham, dengan frekuensi perdagangan sebanyak 1.200.000 kali transaksi. Total nilai perdagangan sebesar Rp11,51 triliun dan nilai kapitalisasi pasar modal menjadi Rp12.425 triliun.
Sementara itu, indeks saham di kawasan Asia ditutup beragam hari ini. “Sentiman pasar Asia tertekan karena serangkaian berita negatif,” ucap Tim Phillip Sekuritas.
Berita negatif itu di antaranya konflik Israel-Iran yang berlanjut dan ketidaksepakatan negara-negara G7 dalam menangani konflik di Ukraina. Selain itu, muncul tanda-tanda kerapuhan ekonomi Amerika Serikat.
“Perhatian investor kini beralih ke keputusan suku bunga oleh bank sentral AS, dengan ekspektasi suku bunga dipertahankan. Investor juga sekarang mencermati Dot Plot,” ujar Tim Phillip Sekuritas.
Dot Plot adalah diagram yang diperbarui setiap kuartal untuk menunjukkan proyeksi masing-masing pejabat Federal Reserve. Utamanya terkait arah suku bunga ke depan.
Dengan mempelajari Dot Plot ini, investor berharap bisa mengetahui apakah The Fed masih berkomitmen pada rencana pemangkasan suku bunga dua kali tahun ini. Seperti rencana pemangkasan yang dirilis bulan Maret kemarin, dengan pertimbangan ketidakpastian global akibat kebijakan tarif Trump.
“Investor juga akan mencermati konferensi pers Ketua Federal Reserve Jerome Powell setelah keputusan diumumkan. Investor mencari petunjuk lebih lanjut terkait risiko ekonomi AS di tengah meningkatnya tensi geopolitik dan kebijakan perdagangan proteksionis,” kata Tim Phillip Sekuritas Indonesia menutup analisisnya.
KBRN